Suku Rejang adalah salah satu suku tertua di pulau Sumatera selain suku bangsa Melayu. Suku Rejang menyebar sampai ke daerah Lebong, Kepahiang, Curup dan sampai di tepi sungai ulu musi di perbatasan dengan Sumatera Selatan. Suku Rejang terbanyak menempati kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Kepahiang, dan kabupaten Lebong. Bila kita lihat dari dialek bahasa yang digunakan penutur bahasa Rejang, sangat jelas perbedaan antara bahasa Melayu dan bahasa daerah di Sumatera lainnya. Suku Rejang merupakan salah satu dari 18 lingkaran suku bangsa terbesar di Indonesia.
Rejang |
---|
Jumlah populasi |
700.000 jiwa |
Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan |
Kepahiang Lebong Rejang Lebong Bengkulu Utara Bengkulu Tengah |
Bahasa |
Rejang Indonesia Melayu |
Agama |
Islam Kristen Protestan Kristen Katolik |
Kelompok etnis terdekat |
Suku Lembak Suku Serawai Suku Pasemah |
Sejarah
Sejarah asal-usul Rejang yang sebenarnya sudah sangat tidak
memungkinkan diriwayatkan secara benar senyata fakta sebenarnya. Hal ini
disebabkan beberapa faktor yang mengakibatkan sejarah asal-usul Rejang
yang terhapus dan hilang ditelan ketidaktahuan generasi masa lalu.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
- Suku Rejang belum memahami media yang berperan untuk dijadikan pedoman yang tepat untuk meriwayatkan sejarah, seperti kemampuan menggambar, menulis, memahat, maupun hal-hal lain yang dapat memungkinkan untuk terdeteksi oleh generasi yang akan datang untuk disejarahkan. Bukti-bukti arkeolog tersebut belum ditemukan keberadaannya hingga zaman sekarang.
- Suku Rejang masih dipengaruhi oleh tradisi yang bersifat fiktif, sehingga hal-hal yang tidak masuk akal dimasukkan dalam kisah sejarah. Hal ini menjadikan sejarah asal-usul Rejang menjadi kisah fiktif yang validitas dan reliabilitasnya jauh dari patokan untuk meriwayatkan sejarah.
- Suku Rejang tidak terlalu mempedulikan masa lampu, tapi menerima sejarah masa lalu yang diriwayatkan oleh para sejarawan dan cendikiawan asing yang berstatus penjajah. Hal ini juga dihubungkan dengan beberapa oknum suku Rejang yang terlalu percaya diri berpendapat menurut kemauannya sendiri, padahal kemampuan berbahasa Rejang dengan berbagai dialek Rejang yang ada tidak dikuasainya. Suku Rejang yang berpartisipasi dalam proyek tersebut juga bukan berstatus orang Rejang asli, apalagi menjalani kehidupan di komunitas suku Rejang yang masih asli.
- Suku Rejang dengan sumber daya alam yang paling dieksploitasi oleh penjajah menjadi daerah yang dijadikan asal-usul suku Rejang. Ini disebabkan oleh rekayasa dari para penjajah yang memang memiliki kemampuan membaca dan menulis, sedangkan suku Rejang sangat dibodohkan. Sifat dari penjajah yang seperti ini sudah diketahui oleh para sejarawan Indonesia, yakni penjajah menjauhkan bangsa Indonesia untuk mengetahui ilmu pengetahuan modern. Pengetahuan modern seperti kemampuan ilmu bahasa, ilmu hitung, ilmu filsafat, maupun ilmu-ilmu modern yang lainnya belum didapatkan oleh suku Rejang yang merupakan suku bangsa di Indonesia. Ini terbukti dengan aksara kaganga yang konon merupakan tulisan asli suku Rejang, tapi pada kenyataan tidak mampu dipahami suku Rejang masa silam hingga masa sekarang. Hal ini juga menumbuhkan keraguan bahwa aksara tersebut adalah asli tulisan suku Rejang yang memang prakarsa suku Rejang itu sendiri.
- Suku Rejang terlalu suka meniru secara tidak kreatif, ini terbukti dengan alat musik tradisional, tari tradisional, rumah adat, adat upacara pernikahan, dan bahkan pakaian adat yang ada semuanya imitasi dari suku bangsa terdekat dan pendatang yang ada di tanah Rejang. Fenomena ini secara kasat mata dapat langsung ditebak oleh setiap pengamatnya, meskipun pengamat tersebut adalah seorang amatir.
Dari beberapa faktor di atas, sulit sekali mendeteksi sejarah
asal-usul suku Rejang. Meskipun demikian, masih ada satu peninggalan
yang masih diwariskan secara nyata dan masih ada hingga sekarang.
Warisan tersebut adalah bahasa Rejang, sebuah bahasa yang unik yang
belum punah hingga sekarang. Walaupun bukti-bukti arkeologi belum ada
terbukti keberadaannya secara fakta, tapi bahasa dapat dijadikan pedoman
menelusuri sejarah Rejang. Hal ini membuktikan bahwa orang yang paling
berperan untuk meriwayatkan Rejang adalah suku Rejang dengan kemampuan
bahasa Rejang tingkat mahir atau penutur asli bahasa Rejang yang mampu
berkomunikasi dengan orang-orang Rejang dengan kemampuan meriwayatkan
kisah lampau secara ilmiah.
Budaya
Suku Rejang menempati kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Kepahiang,
kabupaten Bengkulu Utara, dan kabupaten Lebong. Suku ini merupakan suku
dengan populasi terbesar di provinsi Bengkulu, namun secara sumber daya
manusia, agaknya suku ini kurang begitu adaptif terhadap perkembangan di
luar daerah. Ini dikarenakan kultur
masyarakat Rejang yang sulit untuk menerima pendapat di luar dari
pendapat kelaziman menurut pendapat mereka, dan masih rendahnya tingkat
pendidikan. Hal ini menggambarkan bahwa pada umumnya sifat dan watak
dari suku Rejang masih primitif. Karena mayoritas suku Rejang masih
primitif, potensi SDM mereka relatif lamban dalam berkembang. Apalagi
sifat iri dan dengki yang menjadi tradisi dan ciri khas dari sifat
primitif itu sendiri. Oleh karena itu, proses kemajuan semakin
terhambat. Pada zaman sekarang, beberapa putra-putri suku Rejang telah
menempuh pendidikan tinggi seperti ilmu pendidikan keguruan, ilmu
kesehatan, ilmu hukum, ilmu ekonomi, sastra, dan lain lain. Banyak yang
telah menekuni profesi sebagai pegawai negeri, pejabat teras, dokter, pegawai swasta, pengacara, polisi, dan berbagai profesi yang lebih tinggi statusnya ketimbang petani ataupun sekadar tukang ojek.
Bahasa
Suku Rejang memiliki perbedaan yang mencolok dalam dialek penuturan
bahasa. Dialek Rejang Kepahiang memiliki perbedaan dengan dialek Rejang
di Kabupaten Rejang Lebong
yang dikenal dialek Rejang Curup, dialek Rejang Bengkulu Utara (identik
dengan dialek Rejang Curup), dan dialek Rejang yang penduduknya di
wilayah kabupaten Lebong. Secara kenyataan yang ada, dialek dominan
Rejang terdiri tiga macam. Dialek tersebut adalah sebagai berikut:
- Dialek Rejang Kepahiang
- Dialek Rejang Curup
- Dialek Rejang Lebong
Dari tiga pengelompokan dialek Rejang tersebut, saat ini Rejang
terbagi menjadi Rejang Kepahiang, Rejang Curup, dan Rejang Lebong.
Namun, meskipun dialek dari ketiga bahasa Rejang tersebut relatif
berbeda, tapi setiap penutur asli bahasa Rejang dapat memahami perbedaan
kosakata
pada saat komunikasi berlangsung. Karena perbedaan tersebut seperti
perbedaan dialek pada bahasa Inggris Amerika, bahasa Inggris Britania,
dan bahasa Inggris Australia. Secara filosofis, perbedaan dialek bahasa
Rejang terjadi karena faktor jarak, faktor sosial, dan faktor psikologis
dari suku Rejang itu sendiri. Hal ini juga membuktikan bahwa tingkat
persatuan dan kesatuan suku Rejang masih sangat rendah jika dibandingkan
dengan suku bangsa terdekat lainnya suku Lembak, suku Serawai, dan suku Pasemah.
No comments:
Post a Comment
Please give your comments here: