Monday, December 03, 2018

Generasi Millennial dan Generasi Internet Salah Paham Sejarah?

Apa itu generasi? Apa itu generasi Millennial? Apa pula itu Generasi Internet?

Sejak munculnya Teori Generasi (Generation Theory), kita diperkenalkan pada istilah generasi X, Y, dan Z. Singkatnya, itu adalah istilah-istilah untuk mengklasifikasikan generasi berdasarkan era-nya atau tahun lahirnya. Segala sesuatu terutama yang berhubungan dengan pekerjaan sering dikaitkan dengan ciri-ciri dari generasi-generasi tersebut. Lalu apa hubungannya dan kenapa dikatakan sebagian generasi salah paham sejarah? Mari sama-sama kita pahami kedua hal ini (generasi dan sejarah) terlebih dahulu.
Ilustrasi Generasi Millennial.
Picture credit: Marketeers
Pembagian Generasi Menurut Generation Theory

(1) Generasi Baby Boomers (lahir tahun 1946 – 1964)
Generasi yang lahir setelah Perang Dunia II ini memiliki banyak saudara, akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak keturunan. Generasi yang adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan diri. Dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup.

(2) Generasi X (lahir tahun 1965-1980)
Tahun-tahun ketika generasi ini lahir merupakan awal dari penggunaan PC (personal computer), video games, tv kabel, dan internet. Penyimpanan datanya pun menggunakan floopy disk atau disket. MTV dan video games sangat digemari masa ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Jane Deverson, sebagian dari generasi ini memiliki tingkah laku negatif seperti tidak hormat pada orang tua, mulai mengenal musik punk, dan mencoba menggunakan ganja.

(3) Generasi Y (lahir tahun 1981-1994)
Dikenal dengan sebutan generasi millennial atau millennium. Ungkapan generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging dan media sosial seperti Facebook dan Twitter. Mereka juga suka main permainan online (online games).

(4) Generasi Z (lahir tahun 1995-2010)
Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet atau update status menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik di Spotify (atau sejenisnya) menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal dan terbiasa dengan teknologi dan akrab dengan gawai (gadget) canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian dan kehidupan sosial mereka.

(5) Generasi Alpha (lahir tahun 2011-2025)
Generasi yang lahir sesudah generasi Z, lahir dari generasi X akhir dan Y. Generasi yang sangat terdidik karena masuk sekolah lebih awal dan banyak belajar, rata-rata memiliki orang tua yang kaya dengan sedikit sekali bersosialisasi dengan dunia luar di kehidupan nyata.

Itu adalah teori tentang generasi. Kemudian apakah generasi micin yang sering disebut di medsos? Apakah bisa dimasukkan dalam teori generasi? Bisa sih, kan enggak melanggar hukum, namanya juga konsep atau teori. Kita bisa mengatakan generasi micin adalah generasi dimana teknologi komunikasi kian mutakhir dan arus infomasi begitu luas tak berbatas, ruang antara manusia semakin hilang, dan sumber informasi atau data semakin kabur serta arah dan tujuan yang makin simpang siur; sehingga mengakibatkan manusia pendek berfikir, ingin segala sesuatu yang serba instan, hedonis dan mau terlihat lebih secara materi serta kurangnya manusia yang saling peka satu sama lain. Hal ini disebabkan karena kurangnya kontrol diri manusia terhadap informasi dan teknologi yang semakin tak terbendung.

Mengenai Sejarah

Sejarah (artinya “mengusut, pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian); bahasa Arab: ﺗﺎﺭﻳﺦ, tarikh; bahasa Jerman: geschichte) adalah kajian tentang masa lampau, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia. Dalam bahasa Indonesia sejarah babad, hikayat, riwayat, tarikh, atau tambo dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Ini adalah istilah umum yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu serta penemuan, koleksi, organisasi, dan penyajian informasi mengenai peristiwa ini.

Menurut beberapa sumber, sejarah memiliki pengertian:
(1) J.V. Bryce mengatakan bahwa sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.
(2) W.H. Walsh berpendapat bahwa sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia pada masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.

Apa Hubungan Sejarah dengan Informasi?

Apakah sejarah berhubungan dengan informasi? Apakah informasi itu? Mengapa sejarah memiliki hubungan dengan informasi? Menurut Raymond McLeod, pengertian informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau di masa mendatang. Sejarah erat kaitannya dengan informasi karena rangkaian peristiwa sejarah dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan, teladan, hingga berkembangnya pemikiran yang sering dijadikan “pijakan” manusia.

Contoh sederhana hubungan sejarah dengan informasi adalah, pada tahun 2018 Mas Imam ingin mendaftar CPNS dengan harapan ia menjadi PNS dan mendapat tunjangan yang banyak dari pemerintah. Kemudian ia bertanya kepada kakaknya yang sudah bekerja sebagai PNS di sebuah dinas pemerintah. “Mas, dulu daftar CPNS mudah, gak ya?” Dalam diskusi antara kakak beradik ini terjadi tukar menukar informasi yang masih berhubungan dengan (perkembangan dalam) sejarah itu tadi.

Generasi Salah Paham Sejarah?

Dalam mempelajari sejarah atau informasi, terdapat banyak perubahan. Jika pada zaman dahulu saat “kita” masih sekolah ingin menekuni suatu ilmu atau pengetahuan, kita diwajibkan guru kita pergi ke perpustakaan untuk mencari buku atau bahkan kitab yang relevan. Contoh, kita ingin mengetahui tentang kerajaan majapahit, guru kita mengajarkan untuk membuat makalah yang sumbernya dari buku yang relevan. Terus apa yang terjadi sekarang? Kita bisa dengan mudah “berselancar” di internet lalu memperoleh informasi yang seringkali tidak dapat dipertanggungjawabkan dan dijelaskan secara akurat apakah data itu hoaxvalid atau hanya cari sensasi saja. Maka dari itu banyak sekali kasus salah paham sejarah atau informasi. Setidaknya generasi salah paham sejarah/informasi disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

(1) Informasi yang menjamur karena teknologi yang semakin maju dan digunakan untuk kepentingan tertentu.

(2) Konsep pencarian pengetahuan atau informasi yang kurang terkoordinir. Pada jaman terdahulu, ilmu ditulis oleh orang-orang yang ahli dan mumpuni pada bidangnya dalam bentuk buku/kitab. Sedangkan jaman sekarang, seseorang menulis / menjadi penulis karena tuntutan; seperti kenaikan jabatan dan sejenisnya.

(3) Banyak informasi yang ditulis oleh orang yang tidak begitu “fasih” dalam suatu ranah ilmu sehingga banyak plagiasi. Contoh sederhana: seorang A adalah seniman dan desainer grafis, harusnya ia menulis tentang segala macam tentang kesenian dan / atau desain grafis, tetapi si A malah menulis kitab perbandingan 100 mazhab. Ini adalah suatu hal yang bisa menjadi permasalahan besar bagi umat manusia, karena bisa menjerumuskan manusia itu sendiri.

(4) jika pada masa dahulu orang berkarya untuk kebermanfaatan, orang jaman now berkarya karena tuntutan, seperti ingin jadi PNS, ingin jadi caleg, atau karena dia sudah jadi PNS dituntut menulis sebuah buku tapi ia tidak menguasai ilmu tersebut.

Informasi & Hoax

Seringkali kita melihat dan mungkin “termakan” hoax dan berita-berita booming dan viral, yang dikemas sedemikian rupa -tapi sayangnya ngasal yang isi dan sumber informasinya tidak reliable dan (kebanyakan) tidak bisa dipertanggungjawabkan atau bahkan malah bukan berasal dari media yang kredibel.

Terus apa yang harus kita lakukan dalam mengolah atau mendapat informasi yang valid?

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari fakta, informasi dan referensi tambahan pendukung. Cari sumber lain yang memuat berita (informasi) yang senada, sehingga akan mudah terlibat apakah hal tersebut benar kenyataannya atau hanya sekedar sensasi para pembuat berita belaka. 

Hal yang kedua adalah mengupas data, karena data sebagai sarana pendukung dalam menentukan apakah informasi tersebut akurat, bermanfaat atau hanya sekedar iseng saja membuat informasi. Ada banyak cara menyajikan sejarah atau informasi. Pertama adalah dengan cara menuliskan dalam bentuk literasi seperti buku. Kedua adalah dalam bentuk visual, seperti fotografi, infografik hingga animasi.

Apakah mengetahui informasi ada manfaatnya bagi kita? Ya tergantung. Bukan masalah kita mendapat banyak informasi, tapi ialah tentang bagaimana kita mengolah dan menggunakan informasi itu menjadi hal yang bermanfaat.

Disadur dengan berbagai sumber dan penyesuaian seperlunya dari tulisan berjudul “Generasi Salah Paham Sejarah” oleh Ari Tri Winarno, penulis buku “Sekolah Membunuhmu” di situs Graha Sedekah (grahasedekah.ilmifoundation.or.id) dan posting-an beliau di Facebook.

No comments:

Post a Comment

Please give your comments here: